Kamis, 29 Maret 2012

PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI “PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI”


PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI

UMMLogo.jpg



Di Susun Oleh :
KELOMPOK 4 :
AGUS SALIM (201110230311177)
RIFKY ANSHARI ABDY (201110230311163)
GESIT IKRAR NEGARAWAN (201110230311140)




FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan puji syukur akan selalu tetap tercurahkan limpahan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan limpahan kenikmatan yang tidak akan pernah terhitung banyaknya, Serta limpahan rahmatnya, Taufik dan hidayahnya yang mana telah memberikan kelancaran bagi kami untuk menyusun makalah ini.
Shalawat serta salam akan tetap tercurahkan limpahan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW. Yang telah membawa syariat Islam kepada kita semua dari alam kegelapan menuju alam terang benderang seperti saat ini. Sehingga tak lagi terjerumus kelembah kelemahan dunia dan beliau memberikan secercah cahaya untuk menerangi serta mengusir kegelapan di dunia ini.
Serta ucapan terima kasih kami untuk dosen pengajar Psikologi industry dan organisasi, yang terhormat bapak Muhammad Shohib S.psi., M.si yang senantiasa selalu memberikan ilmu serta petunjuk kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah  ini.
Semoga apa yang kami tulis dalam makalah ini akan sangat bisa memberikan manfaat kepada kami serta kepada para pembaca budiman. Dan kami pun sangat menyadari, bahwa apa yang kami susun dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan  serta kekuranganya. Oleh karena itu kami berharap dengan sangat kritik dan sarannya.


Malang, 8 maret 2012

TIM PENYUSUN





DAFTAR ISI
Cover...........................................................................................................................1
Kata pengantar.............................................................................................................2
Daftar isi......................................................................................................................3
1.      Pendahuluan………………………………………………………………………....4
1.1  Latar belakang masalah……………………………………….....………4
1.2  Rumusan masalah……………………………………………….……….5
1.3  Tujuan…………………………………………………………….……...5
2.      Pembahasan……………………………………………………………………….…6
2.1  Pengertian pengambilan keputusan…………………………….………..6
2.2  Model-model pembuatan keputusan organisasi…………………….…...6
2.3  Prilaku individu dalam pengambilan keputusan……………………..…10
2.4  Peran perempuan dalam pengambilan keputusan…………......……..…11
2.5  Strategi pengamblan keputusan…………………………………….…..12
2.6  Peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan……………..…....13
3.      Penutup………….…………………………………………………………………..17
3.1  Kesimpulan……………………………………………………..……….17
Daftar pustaka…………………………………………………………………….....18













BAB I
PENDAHULUAN.
1.      Latar belakang.
Pengambilan keputusan merupakan aktivitas yang terletak di dalam jantung manajemen untuk menghasilkan keputusanterbaik(good decision).Good decision akan memberikan pilihan dengan kemungkinan terbaik untuk diikuti oleh sebuah organisasi. Good decision ini diharapkan akan membawa organisasi ke tingkat performansi yang lebih tinggi. Persoalan yang dihadapi adalah bahwa pengambilan keputusan selain harus memperhitungkan sejumlah data yang banyak dan interrelated  juga harus berpacu dengan waktu. Keterbatasan waktu dalam pengambilan keputusan ini akan mengurangi pertimbangan-pertimbangan dan hal ini akan meningkatkan risiko pengambilan keputusan yang tidak tepat. Dengan kata lain, pengambilan keputusan ini membutuhkan pemahaman system yang komprehensif berdasarkan data yang tersedia sehingga diperoleh gambaran karakteristik organisasi atau sistem tersebut. Mengingat problem situation yang dihadapi organisasi bersifat kompleks, maka data dan informasi yang diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan sering sangat banyak sebanding dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini, pengambilan keputusan langung dengan menggunakan intuisi tidak bisa lagi diandalkan mengingat banyaknya data yang bersifat interrelated. Agar banyaknya data dan informasi tidak membuat bingung decision maker dengan risiko pengambilan keputusan yang tidak tepat, maka diperlukan pemprosesan data. Data dan informasi tersebut kemudian di representasikan ke dalam model-model yang sesuai dengan kebutuhan dan dipilah-pilah ke dalam critical parameters sebagai factor masukan dan performance measures sebagai keluarannya. Dari sini kemudian peran sains manamejen semakin signifikan dalam representasi model-model matematik berbasis data yang tersedia serta menyajikan alternatif-alternatif solusinya untuk memberikan dukungan kepada manajemen mengambil keputusan-keputusan penting.

2.      Rumusan masalah.
Mempelajari latar belakang masalah maka penyusun dapat menyusun rumusan masalah dalam kelompok. Adapun permasalahan yang di hadipi antara lain sebagai berikut :
2.1  Apa yang di maksud dengan pengambilan keputusan.?
2.2  Apa saja model-model pembuatan keputusan organisasi.?
2.3  Bagaimana peran individu dalam pengambilan keputusan.?
2.4  Bagaimanaperanperempuandalampengambilankeputusan.?
2.5  Bagaimana peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan.?
2.6  Apa saja strategi pengambilan keputusan keputusan.?

3.      Tujuan pembahasan.
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk menjelaskan dan mengetahui serta memahami :
3.1  Mengetahui pengertian dari pengambilan keputusan.
3.2  Mengetahui model-model dalam pembuatan keputusan.
3.3  Mengetahui peran individu dalam pengambilan keputusan.
3.4  Bagaimanaperanperempuandalampengambilankeputusan.
3.5  Mengetahui peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan.
3.6  Mengetahui strategi dalam pengambilan keputusan.












BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian pengambilan keputusan.
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada human relations.
Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan  pengertian tentang “pengambilan keputusan”. Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan, misalnya Terry, definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih  (tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan). Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat (Dicky wisnu UR, 2005).
Dari kedua pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya terlebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.
2.      Model-model pembuatan keputusan organisasi.
Model-model awal dari pembuatan keputusan menggambarkan sebuah keputusan sebagai sebuah proses rasional di mana sebuah manajer yang tahu akan hal itu mampu menggunakan pembuatan keputusan yang memungkinkan sebuah organisasi menyamakan lingkungannya di mana mereka beroperasi. Adapun beberapa model-model pembuatan keputusan sebagai berikut :
2.1  Model rasional.
Menurut model rasional, pembuatan keputusan adalah proses langsung, proses tiga tahap (lihat gambar 1.1). Dalam tahap pertama, para manajer mengidentifikasikan yang butuh untuk di pecahkan. Para manajer dari organisasi yang efektif, misalnya, menggunakan sejumlah besar waktu untuk menganalisa semua aspek dari lingkungan organisasi yang umum dan khusus untuk mengidentifikasi kondisi-kondisi atau masalah yang memerlukan tindakan baru.
Dalam tahap kedua, para manajer secara individu dan kolektif terus merancang dan mengembangkan sebuah solusi alternatif dan rangkaian terhadap masalah yang mereka identifikasi. Mereka mempelajari cara-cara untuk mengeksploitasi keterampilan organisasi dan sumber daya untuk menangani kesempatan dan ancaman.
Dalam tahap ketiga, para manajer membandingkan konsekwensi-konsekwensi dari masing-masing alternatif dan memutuskan rangkaian tindakan mana yang menawarkan solusi terbaik untuk masalah yang mereka identifikasikan.


2.1.1        Informasi dan ketidakpastian.
Asumsi bahwa para manajer menyadari tentang semua alternatif rangkaian tindakan dan konsekwensi mereka adalah tidak realistis. Untuk asumsi ini menjadi valid, para manajer akan memerlukan akses untuk semua informasi penting guna membuat keputusan, dan akan mengumpulkan informasi tentang setiap situasi yang mungkin dapat ditanggapi organisasi, dan akan membutuhkan pengetahuan akurat tentang kesamaan masing-masing kejadian situasi. Jelasnya, pengumpulan semua informasi ini akan sangat mahal, dan biaya-biaya informasi tersebut diasosiasikan dengan model ini akan menjadi lebih dari biasanya. Asumsi tersebut yang mungkin untuk mengumpulkan semua informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan terbaik juga tidak realistis. Karena lingkungannya menurunkan ketidakpastian setiap alternatif rangkain tindakan dari konsekuensinya tidak dapat di ketahui. Selanjutnya, hanya jika mungkin untuk mengumpulkan informasi guna menghilangkan semua informasi yang digunakan untuk menghilangkan ketidakpastian, biaya-biaya untuk pelaksanaan tersebut begitu besar, atau lebih besar dari beberapa keuntungan pontensial organisasi yang dapat terbuat dari kumpulan alternatif  terbaik. kemudian tidak ada yang akan dicapai dari informasi tersebut.
Andaikan perusahaan makanan cepat saji berfikir bahwa beberapa macam sandwich baru memiliki potensial untuk menarik sejumlah besar konsumen baru. Menurut model rasional, untuk mengindentifikasi macam sandwich yang tepat, perusahaan akan melakukan penelitian pasar secara ekstensif, menguji macam sandwich yang berbeda dengan kelompok konsumen yang berbeda, dan mengevaluasi semua alternatif bagi semua kelompok konsumen yang berbeda dan yang mungkin akan terjadi begitu tinggi sehingga akan menaikkan beberapa keuntungan dari sandwich baru yang di dapat dari peningkatan penjualan.
Model rasional mengabaikan fakta bahwa pembuatan keputusan organisasi selalu terjadi di tengah-tengah ketidakpastian, yang memiliki baik sebuah kesempatan maupun sebuah ancaman bagi semua organisasi.
2.1.2        Kemampuan manajerial.
Model rasional berasumsi bahwa para manajer memiliki kemapuan intelektual tidak hanya untuk mengevaluasi semua pilihan alternatif yang mungkin tapi juga untuk memiliki solusi terbaiknya. Dalam kenyataanya, para manajer memiliki hanya sebuah kemampuan terbatas untuk mengolah informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan dan sebagian besar tidak memiliki waktu bertindak sebagaimana yang diinginkan model rasional. Intelegensi dibutuhkan untuk membuat sebuah keputusan menurut model rasional akan melampaui kemampuan mental manajer dan keperluan ketenaga kerjaan sejumlah manajer yang besar. Model rasional mengabaikan biaya manajerial tingkat tinggi.
2.1.3        Prefensi Dan Nilai-Nilai.
Model rasional berasumsi bahwa para manajer berbeda mempunyai prefensi dan nilai yang sama dan bahwa mereka akan menggunakan aturan-aturan yang sama untuk memutuskan alternatif terbaiknya. Model tersebut juga berasumsi bahwa para manajer setuju tentang apa saja tujuan-tujuan organisasi yang paling penting. Asumsi persetujuan ini tidak realistis.
Untuk menjumlahkan model rasional dari pembuatan keputusan adalah tidak realistis karena berdasarkan pada asumsi yang mengabaikan informasi dan masalah-masalah manajerial yang diasosiasikan dengan pembuatan keputusan. Model Carnegie dan yang lain, model-model terbaru mengambil masalah ini didalam hal mempertimbangkan dan menyediakan gambar yang akurat tentang bagaimana pembuatan keputusan terjadi.
2.2  Model Carnegie.
Dalam usaha untuk menggambarkan realitas proses pembuatan keputusan lebih akurat, para manajer memperkenalkan teori pembuatan keputusan – sebuah rangkaian asumsi baru yang di sebut model Cornegie. Adapun yang menjadi isi model Cornegie sebagai berikut :
2.2.1        Pemuasan.
Model carnegie berpendapat bahwa para manajer terkait pada penelitian informasi terbatas untuk mengidentifikasikan masalah-masalah dan solusi-solusi merubah. Bukannya penelitian untuk semua solusi suatu masalah, sebagaimana model rasional berpendapat, tapi para manajer mengambil jalan untuk pemuasan yaitu mereka memutuskan pada kriteria tertentu yang akan merasa gunakan untuk mengevaluasi solusi-solusi yang mungkin akan di terima.
2.2.2        Rasionalitas yang terikat.
Model rasional berasumsi bahwa manajer memiliki kapasitas intelektual untuk mengevaluasi semua alternatif yang mungkin. Model Carnegie berasumsi bahwa para manajer di batasi oleh  rasionalitas yang terikat sebuah kapasitas terbatas untuk memproses informasi. Faktor bahwa mereka memiliki kapasitas pengolahan informasi terbatas tidak berarti para manajer akan mengambil solusi pertama yang mereka tawarkan. Para manajer dapat mengembangkan pembuatan keputusan dengan mempertajam keahlian analistis. Para manajer juga dapat menggunakan teknologi seperti komputer untuk meningkatkan keahlian pembuatan keputusan mereka. Kemudian rasionalitas yang terikat tidak mengimplikasikan kekurangan kemampuan atau motivasi. Model Carnegie memperkenalkan bahwa banyak pembuatan keputusan adalah subyektif dan tergantung pada pengalaman, kenyakinan dan intuisi manajer-manajer utama.

Gambar 1.2
Perbedaan antara model rasional dan model Carnegie tentang pembuatan keputusan.
Model rasionalitas
Model Carnegie
·         Informasi yang tersedia banyak
·         Tidak membutuhkan biaya dalam pembuatan keputusan
·         Pembuatan keputusan adalah nilai bebas

·         Jajaran penuh dan alternatif yang mungkin di hasilkan
·         Solusi di pilih dengan tujuan


·         Solusi yang di pilih adalah yang terbaik bagi organisasi
·         Informasi yang tersedia terbatas
·         Di butuhkan biaya (contoh ; biaya manajerial, biaya informasi)
·         Pembuatan keputusan di pengaruhi oleh preferensi dan nilai dari pembauatan keputusan
·         Sebuah jajaran terbatas dari alternatif yang di hasilkan.
·         Solusi yang di pilih melalui kompromi, tawar menawar dan akomodasi antara koalisi organisasi
·         Solusi yang di pilih adalah kepuasan organisasi.


3.      Prilaku Individu dalam Pengambilan Keputusan.
Kegelisahan yang paling akut yang paling sering terjadi pada laki-laki dan perempuan yang kelabakan dalam konflik pengambilan keputusan sering dilukiskan di dalam gambar hidup, televisi, surat kabar, dan media massa lain. Sekalipun demikian, dalam bentuk tulisan yang luas yang dikerjakan oleh para sarjana yang memiliki pengetahuan luas, dalam proses pengambilan keputusan sering ditemukan istilah-istilah yang rumit tentang aspek dan pengarahan perilaku manusia yang jelas dan nyata, atau berbagai analisis tentang ketidakpastian tentang implikasi. Salah satu tujuan utama dari subunit ini adalah mengisi suatu kekosongan ataupun gap dengan menguraikan bagiamana dan mengapa tekanan psikologis yang dihasilkan oleh pengambilan keputusan pada saat terjadi konflik memaksakan pembatasan pada rasionalitas dari suatu keputusan seseorang dalam hidup pribadinya dan didalam pekerjaannya, dalam berbagai tugas pnting yang harus dilakukan dalam pekerjaannya sebagai pembuat keputusan di dalam pemerintah, industri, ataupun di dalam organisasi dalam jenis yang lain.
Mempertimbangkan tentang sesuatu yang praktis dan yang teoritis tentang penelitian yang deskriptif tentang, atas dasar apa orang dapat melakukan dalam pengambilan keputusan dan kita telah di kejutkan dengan suatu pencarian yang menyakut tentang kontribusi yang bersangkut?. Kebanyakan pekerjaan yang dilakukan oleh para ilmuan bersangkutan dengan tingkah laku manusia yang langsung berhadapan dengan masalah pengambilan keputusan.
Dalam beberapa tahun terakhir ini kita telah menonton banyak sekali film kartun, dan menangkap sesuatu yang mungkin menyangkut intisari (esensi) dari rasa stres yang ada dalam diri manusia yang terkadang semuanya itu berwujud dan harus dicurigai sebagai salah satu kebenaran penting yang belum di perhitungkan dalam teori dalam ilmu pengetahuan.
4.      Peran perempuan dalam pengambilan keputusan.
Istilah pengambilan keputusan cenderung dikaitkan dengan aktivitas politik yang pengertian politiknya dibatasi pada politik formal dalam pengertian tradisional, baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional. Lebih lanjut, pembahasan mengenai perempuan dan politik seringkali dibatasi dalam lingkup yang lebih sempit sebagai keterlibatan dan keterwakilan perempuan di parlemen.
Pembahasan mengenai keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan di berbagai tingkat tersebut tentu saja merupakan hal yang penting untuk di perjuangkan. Akan tetapi di perlukan sebuah prakondisi yang memberikan jaminan agar perjuangan di tataran tersebut tidak bersifat semu atau merupakan sebuah formalitas atau symbol belaka. Prakondisi tersebut berupa keterampilan dan keterlatihan perempuan untuk 1) Memahami dan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang bertalian dengan kepentingannya. 2) Terlibat dalam menentukan langkah-langkah strategis untuk memperjuangkan kepentingan tersebut.
5.      Strategi pengambilan keputusan.
Kebanyakan pengamatan atas strategi pengambilan keputusan yang terdiri atas studi kasus, survei yang menarik , dan cerpen lucu yang yang di laporkan oleh sarjana dalam bidang ilmu pengetahuan yang administratif dan bidang terkait yang berhadapan dengan kebijakan organisatoris yang telah di buat. Ilmuan yang administratif mempunyai lebih banyak kata untuk dapat berbicara di banding dengan psikolog sosial, baik dari uraian mereka serta dari teori mereka, sekitar ketika dan mengapa yang membuat keputusan menggunakan satu dari strategi di banding yang lain.? Walaupun mula-mula terminologi yang di rumuskan dari kebijakan organisatoris yang di buat dengan birokrat atau para manajer, konsep dari spesialis di perlakukan keorganisatorisian berupa relevansi asumsi universal psikologis tentang manusia sebagai pembuat keputusan  yang tidak sempurna. Maka, kita akan menguji jawaban mereka mengenai bagaimana “orang yang administratif” secara khas menyelesaikan tugas dari pengambilan keputusan.
5.1  Kepercayaan dan resiko dari suatu kepercayaan.
Spesialisasi dari suatu pengambilan keputusan menguraikan tentang suatu rasa percaya tentang strategi yang mempunyai tujuan untuk memilih keadaan tentang suatu tindakan dengan pemberian imbalan yang paling tinggi. Strategi seperti itu memerlukan penafsiran komparatif dalam menghargai setiap alternatif yang sehat dari hal yang di harapkan menimbulkan biaya dan manfaat. Tetapi ketika Herbest Simon (1976) menunjukkan, bahwa manusia jarang mengadopsi pendekatan pengambilan keputusan seperti ini : orang-orang hanya tidak mempunyai “kecerdasan untuk memaksimalkan”. Bagian dari masalah adalah menentukan semua konsekuensi berpotensi yang baik dan kurang baik dari semua macam tindakan yang mungkin akan di perlukan dalam pembuatan keputusan dalam memproses banyak informasi yang mustahil di mana menuntut akan kemampuan mental dan sumber daya. Dalam usahanya untuk memperoleh derajat tingkat pengetahuan memerlukan berbagai alternatif dalam pembuatan keputusan yang tampaknya akan meliputi “penggenangan informasi di mana dapat terjadi kelemahan sebagai akibat dari kelangkaan informasi”. Lebih dari itu, sangat banyak variabel yang secara relevan mungkin telah memperhitungkan bahwa mereka tidak bisa mengingat semua masalah dalam waktu yang bersamaan. Selain itu, terbatasnya waktu dan terbatasnya segi finansial yang menjadikan faktor penghambat para manajer untuk mengambil sebuat keputusan dan di tekan oleh pemegang saham. Misalnya, pemegang saham organisasi lebih memilih keputusan yang jangka pendek di bandingkan dengan keputusan jangka panjang, jadi para manajer harus bekerja dan menganalisa berbagai masalah secepatnya ( prof. Dr. Veithzal rivai, M. B. A, dan prof. Dr. Deddy mulyadi, M.Si, 2010).
Resiko dari sub-optimalisasi yang berlimpah-limpah dalam organisasi yang besar, di mana ada unit yang berbeda dan jenis personel mempunyai sasaran hasil yang tidak cocok atau bertentangan. Seperti pengelolaan rumah sakit boleh untuk memutuskan mengadakan tambahan untuk tenaga administrasi dan para medis yang banyak untuk meringankan beban, para medis memikul tanggung jawab besar dalam pekerjaan sehari-hari dengan maksud untuk menyediakan jasa tambahan pelayanan bagi pasien, seperti penulisan surat bagi mereka yang tidak mampu dan terpisah dari keluarga-keluarga mereka.
Starr (1967) menekankan bahwa tidak ada jalan atau cara yang serasi untuk mengkombinasikan semua pertimbangan untuk dapat melibatkan suatu proses pengambilan keputusan, boleh jadi mampu untuk memberi penilaian ataupun beban maksimum yang jujur dari kegunaan hubungan menghargai dari tiap pertimbangan yang masuk kepilihannya ( prof. Dr. Veithzal rivai, M. B. A, dan prof. Dr. Deddy mulyadi, M.Si, 2010).
6.      Peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan.
Kepemimpinan di artikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata terhadap tujuan organisasi.
Peran kepemimpinan dapat di artikan sebagai seperangkat perilaku yang di harapkan di lakukan seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Dalam aplikasinya, menurut Covey membagi peran kepemimpinan menjadi tiga bagian:
1.      Patchfinding (pencarian alur) : peran untuk menentukan visi dan misi yang pasti.
2.      Aligning (penyelaras) : peran untuk memastikan bahwa struktur, sistem dan proses operasional organisasi memberikan dukungan pada pencapaian visi dan misi.
3.      Empowering (pemberdayaan) : peran untuk menggerakkan semangat dalam diri orang-orang dalam mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreativitas laten untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang di sepakati. Sumber ( prof. Dr. Veithzal rivai, M. B. A, dan prof. Dr. Deddy mulyadi, M.Si, 2010).
Kepemimpinan seseorang sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pemimpin. Dengan demikian, dapat di katakan bahwa, jika pemimpin tidak dapat membuat keputusan maka dia (seharusnya) tidak dapat menjadi peimpin. Kepentingan mendasar dari pengambilan keputusan ini di tunjukkan dengan adanya pembahasan khususnya tentang hal ini dalam berbagai disiplin ilmu. Filsafat, ekonomi, matematika dan ilmu-ilmu sosial telah memberikan kontribusi bagi pengertian yang lebih baik bagaimana sebuah keputusan di buat, atau seharusnya di buat.
Kegiatan dalam pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:
a.       Teori keputusan adalah merupakan metodologi untuk menstruktur dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau beresiko, di sini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif.
b.      Pengambilan keputusan adalah proses mental di mana seorang manajer memperoleh dan mempergunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; menerjer secara individual dan dalam tim, mengatur, dan mengawasi informasi-informasi, terutama informasi bisnisnya.
c.       Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
Dengan demikian, fokus pengambilan keputusan adalah pada kemampuan menganalisis situasi dengan memperoleh informasi seakurat mungkin sehingga permasalah dapat di tuntaskan. Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat di lihat dari bebrapa aspek yaitu proses dan gaya pengambilan keputusan.
6.1  Proses pengambilan keputusan.
6.1.1        Proses pengambilan keputusan dalam prakteknya dapat di lakukan melalui tahapan-tahapan berikut ini :
6.1.1.1  Dentifikasi masalah.
6.1.1.2  Mendefinisikan masalah.
6.1.1.3  Menformulasikan dan mengembangkan alternatif.
6.1.1.4  Implementasi keputusan.
6.1.1.5  Evaluasi keputusan.
6.1.2        Sementara itu, tahap-tahap dalam proses pengambilan keputusan dapat di kemukakan sebagai berikut :
6.1.2.1  Tetapkan masalah.
6.1.2.2  Identifikasi kriteria keputusan.
6.1.2.3  Alokasikan pada kriteria.
6.1.2.4  Kembangkan alternatif
6.1.2.5  Evaluasi alternative
6.1.2.6  Pilih alternatif terbaik.

6.2  Gaya pengambilan keputusan.
Selain proses gaya pengambilan keputusan, terdapat gaya pengambilan keputusan. Gaya adalah learning habbit (kebiasaan yang di pelajari).  Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi empat pendekatan gaya individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan, seperti gambar berikut ini:

TOLERANSI AMBIGUITAS
TINGGI
Analitis
Konseptual
Direktif
Beharioral
RENDAH                  
Gambar 1.3. Cara berfikir
6.2.1        Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang di batasi yang dimensi:
6.2.1.1  Cara berfikir, terdiri dari :
6.2.1.1.1        Logis dan rasional ; mengelola informasi secara serial.
6.2.1.1.2        Intuitif dan kreatif ; memahami secara keseluruhan.
6.2.1.2  Toleransi ambiguitas
6.2.1.2.1        Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimal ambiguitas.
6.2.1.2.2        Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.
Kombinasi dari kedua dimensi tersebut menghasilkan gaya pengambilan keputusan :
1)      Direktif (toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas) efisien, mengambil keputusan secara tepat dan berorientasi jangka pendek.
2)      Analitik (toleransi ambiguitas dan mencari rasionalitas).
Pengambilan keputusan yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru.
3)      Konseptual (toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif).
Mencoba menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan.
Berdasarkan definisi, proses dan gaya pengambilan keputusan, sebagai kontribusi dalam upaya peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan,berikut adalah langkah yang perlu di tempuh.
1.      Cerna masalah.
Sejalan dengan kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalah tentang tujuan dengan metode. Peran pemimpin mengambil inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan arah dari pada metode dan cara.
2.      Identifikasi alternatif.
Kemampuan untuk memperoleh alternatif yang relevan sebanyak-banyaknya.
3.      Tentukan prioritas.
Memilih di antara alternatif adalah esensi dari pengambilan keputusan.
4.      Ambil langkah.
Upaya pengambilan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan berlanjutkan pada langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan balik (feedback).








BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN.
Dari pembahasan diatas dalam makalah ini dapat kami simpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sengaja, tidak secara kebetulan dan tidak boleh sembarangan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi suatu organisasi. Dimana pengambilan keputusan ini ditanggung dan diputuskan oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan dan untuk menghasilkan keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai permasalahan, inti masalah, penyelesaian masalah, dan konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Selain itu informasi dalam penyelesaian masalah pun dibutuhkan perumusan masalah dengan baik. Kemudian dibuatkan alternatif-alternatif keputusan masalah yang disertai dengan konsekuensi positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat dikemukakan dan dicari secara tepat, masalah tersebut akan lebih mudah untuk diselesaikan.



















DAFTAR PUSTAKA
Wisnu UR. Dicky dan Nurhasanah siti. 2005. Teori organisasi, struktur dan desain. Umm press.
Rivai, M.B.A., Prof. Dr. Veithzal dan Mulyadi, M.Si., Prof. Dr. Deddy. 2010. Kepemimpianan dan perilaku organisasi. Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.
Haswinar Arifin, 2003, Perempuan, Kemiskinan Dan PengambilanKeputusan, Vol. 8, 55, danwww.jurnal-analisis-sosial.com
Aliqzuhdi, 2007, peranpemodelan system dalam pengambilan keputusan untuk aplikasi dan energy, alihzuhdi, 250, dan  www.jurnal-ilmiah-pengambilan-keputusan_html/01.
Sugan di  Yahdin, Syamsuriadi, Yenni Eka Rinni, 2008, Aplikasi Pengambilan Keputusan Pada Perencanaan Produksi Berdasarkan Teorema Bayes,25, danwww.jurnal-aplikasi-pengambilan-keputusan.com

www.antaranews.com diakses Rabu, 7 Maret2012
.