PSIKOLOGI
INDUSTRI DAN ORGANISASI
“PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DALAM ORGANISASI”
Di
Susun Oleh :
KELOMPOK
4 :
AGUS
SALIM (201110230311177)
RIFKY ANSHARI ABDY (201110230311163)
GESIT IKRAR NEGARAWAN (201110230311140)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan puji syukur akan selalu tetap tercurahkan
limpahan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan limpahan kenikmatan yang tidak
akan pernah terhitung banyaknya, Serta limpahan rahmatnya, Taufik dan
hidayahnya yang mana telah memberikan kelancaran bagi kami untuk menyusun
makalah ini.
Shalawat serta
salam akan tetap tercurahkan limpahan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad
SAW. Yang telah membawa syariat Islam kepada kita semua dari alam kegelapan
menuju alam terang benderang seperti saat ini. Sehingga tak lagi terjerumus
kelembah kelemahan dunia dan beliau memberikan secercah cahaya untuk menerangi
serta mengusir kegelapan di dunia ini.
Serta ucapan
terima kasih kami untuk dosen pengajar Psikologi industry dan organisasi, yang terhormat bapak Muhammad Shohib S.psi., M.si yang senantiasa selalu memberikan ilmu serta petunjuk kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini.
Semoga apa
yang kami tulis dalam makalah ini akan sangat bisa memberikan manfaat kepada
kami serta kepada para pembaca budiman. Dan kami pun sangat menyadari, bahwa
apa yang kami susun dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
serta kekuranganya. Oleh karena itu kami berharap dengan sangat kritik
dan sarannya.
Malang, 8 maret 2012
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
Cover...........................................................................................................................1
Kata
pengantar.............................................................................................................2
Daftar isi......................................................................................................................3
1. Pendahuluan………………………………………………………………………....4
1.1 Latar belakang masalah……………………………………….....………4
1.2 Rumusan masalah……………………………………………….……….5
1.3 Tujuan…………………………………………………………….……...5
2. Pembahasan……………………………………………………………………….…6
2.1 Pengertian pengambilan keputusan…………………………….………..6
2.2 Model-model
pembuatan keputusan organisasi…………………….…...6
2.3 Prilaku
individu dalam pengambilan keputusan……………………..…10
2.4 Peran perempuan dalam pengambilan keputusan…………......……..…11
2.5 Strategi pengamblan keputusan…………………………………….…..12
2.6 Peran
kepemimpinan dalam pengambilan
keputusan……………..…....13
3. Penutup………….…………………………………………………………………..17
3.1 Kesimpulan……………………………………………………..……….17
Daftar
pustaka…………………………………………………………………….....18
BAB I
PENDAHULUAN.
1. Latar
belakang.
Pengambilan keputusan merupakan
aktivitas yang terletak di dalam jantung manajemen untuk menghasilkan keputusanterbaik(good
decision).Good decision akan
memberikan pilihan dengan kemungkinan terbaik untuk diikuti oleh sebuah
organisasi. Good decision ini diharapkan akan membawa organisasi ke
tingkat performansi yang lebih tinggi. Persoalan yang dihadapi adalah bahwa
pengambilan keputusan selain harus memperhitungkan sejumlah data yang banyak
dan interrelated juga harus
berpacu dengan waktu. Keterbatasan waktu dalam pengambilan keputusan ini akan
mengurangi pertimbangan-pertimbangan dan hal ini akan meningkatkan risiko
pengambilan keputusan yang tidak tepat. Dengan kata lain, pengambilan keputusan
ini membutuhkan pemahaman system yang komprehensif berdasarkan data yang
tersedia sehingga diperoleh gambaran karakteristik organisasi atau sistem
tersebut. Mengingat problem situation yang dihadapi organisasi bersifat
kompleks, maka data dan informasi yang diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan
sering sangat banyak sebanding dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapi.
Dalam hal ini, pengambilan keputusan langung dengan menggunakan intuisi tidak
bisa lagi diandalkan mengingat banyaknya data yang bersifat interrelated.
Agar banyaknya data dan informasi tidak membuat bingung decision maker dengan
risiko pengambilan keputusan yang tidak tepat, maka diperlukan pemprosesan
data. Data dan informasi tersebut kemudian di representasikan ke dalam
model-model yang sesuai dengan kebutuhan dan dipilah-pilah ke dalam critical
parameters sebagai factor masukan dan performance measures sebagai
keluarannya. Dari sini kemudian peran sains manamejen semakin signifikan dalam
representasi model-model matematik berbasis data yang tersedia serta menyajikan
alternatif-alternatif solusinya untuk memberikan dukungan kepada manajemen
mengambil keputusan-keputusan penting.
2. Rumusan
masalah.
Mempelajari
latar belakang masalah maka penyusun dapat menyusun rumusan masalah dalam
kelompok. Adapun permasalahan yang di hadipi antara lain sebagai berikut :
2.1 Apa
yang di maksud dengan pengambilan keputusan.?
2.2 Apa
saja model-model pembuatan keputusan organisasi.?
2.3 Bagaimana
peran individu dalam pengambilan keputusan.?
2.4 Bagaimanaperanperempuandalampengambilankeputusan.?
2.5 Bagaimana
peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan.?
2.6 Apa
saja strategi pengambilan keputusan keputusan.?
3. Tujuan
pembahasan.
Adapun
yang menjadi tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk menjelaskan dan
mengetahui serta memahami :
3.1 Mengetahui
pengertian dari pengambilan keputusan.
3.2 Mengetahui
model-model dalam pembuatan keputusan.
3.3 Mengetahui
peran individu dalam pengambilan keputusan.
3.4 Bagaimanaperanperempuandalampengambilankeputusan.
3.5 Mengetahui
peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan.
3.6 Mengetahui
strategi dalam pengambilan keputusan.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian pengambilan
keputusan.
Keputusan
adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan
dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur
perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan
hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif
yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan
itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan
seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil
keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan
dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin
yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang
demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada human
relations.
Setelah
pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan pengertian tentang “pengambilan keputusan”.
Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam hal ini arti
pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan, misalnya Terry, definisi pengambilan keputusan
adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (tindakan pimpinan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui
pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan). Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah
suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan
data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat (Dicky wisnu UR, 2005).
Dari
kedua pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu
diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan.
Masalahnya terlebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas,
sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari
alternatif yang ada.
2. Model-model
pembuatan keputusan organisasi.
Model-model
awal dari pembuatan keputusan menggambarkan sebuah keputusan sebagai sebuah
proses rasional di mana sebuah manajer yang tahu akan hal itu mampu menggunakan
pembuatan keputusan yang memungkinkan sebuah organisasi menyamakan
lingkungannya di mana mereka beroperasi. Adapun beberapa model-model pembuatan keputusan sebagai
berikut :
2.1 Model
rasional.
Menurut
model rasional, pembuatan keputusan adalah proses langsung, proses tiga tahap
(lihat gambar 1.1). Dalam tahap pertama,
para manajer mengidentifikasikan yang butuh untuk di pecahkan. Para manajer
dari organisasi yang efektif, misalnya, menggunakan sejumlah besar waktu untuk
menganalisa semua aspek dari lingkungan organisasi yang umum dan khusus untuk
mengidentifikasi kondisi-kondisi atau masalah yang memerlukan tindakan baru.
Dalam
tahap kedua, para manajer secara
individu dan kolektif terus merancang dan mengembangkan sebuah solusi
alternatif dan rangkaian terhadap masalah yang mereka identifikasi. Mereka
mempelajari cara-cara untuk mengeksploitasi keterampilan organisasi dan sumber
daya untuk menangani kesempatan dan ancaman.
Dalam
tahap ketiga, para manajer
membandingkan konsekwensi-konsekwensi dari masing-masing alternatif dan
memutuskan rangkaian tindakan mana yang menawarkan solusi terbaik untuk masalah
yang mereka identifikasikan.
2.1.1
Informasi dan
ketidakpastian.
Asumsi
bahwa para manajer menyadari tentang semua alternatif rangkaian tindakan dan
konsekwensi mereka adalah tidak realistis.
Untuk asumsi ini menjadi valid, para manajer akan memerlukan akses untuk semua
informasi penting guna membuat keputusan, dan akan mengumpulkan informasi
tentang setiap situasi yang mungkin dapat ditanggapi organisasi, dan akan membutuhkan
pengetahuan akurat tentang
kesamaan masing-masing kejadian situasi. Jelasnya, pengumpulan semua informasi
ini akan sangat mahal, dan biaya-biaya informasi tersebut diasosiasikan dengan
model ini akan menjadi lebih dari biasanya. Asumsi tersebut yang mungkin untuk
mengumpulkan semua informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan terbaik
juga tidak realistis. Karena lingkungannya
menurunkan ketidakpastian setiap alternatif rangkain tindakan dari
konsekuensinya tidak dapat di ketahui. Selanjutnya, hanya jika mungkin untuk
mengumpulkan informasi guna menghilangkan semua informasi yang digunakan untuk
menghilangkan ketidakpastian, biaya-biaya untuk pelaksanaan tersebut begitu
besar, atau lebih besar dari beberapa keuntungan pontensial organisasi yang
dapat terbuat dari kumpulan alternatif
terbaik. kemudian tidak ada yang akan dicapai dari informasi tersebut.
Andaikan
perusahaan makanan cepat saji berfikir bahwa beberapa macam sandwich baru memiliki potensial untuk
menarik sejumlah besar konsumen baru. Menurut
model rasional, untuk mengindentifikasi macam sandwich yang tepat, perusahaan
akan melakukan penelitian pasar secara ekstensif, menguji macam sandwich yang berbeda dengan kelompok
konsumen yang berbeda, dan mengevaluasi semua alternatif bagi semua kelompok
konsumen yang berbeda dan yang mungkin akan terjadi begitu tinggi sehingga akan
menaikkan beberapa keuntungan dari sandwich
baru yang di dapat dari peningkatan penjualan.
Model
rasional mengabaikan fakta bahwa pembuatan keputusan organisasi selalu terjadi
di tengah-tengah ketidakpastian, yang memiliki baik sebuah kesempatan maupun
sebuah ancaman bagi semua organisasi.
2.1.2
Kemampuan manajerial.
Model rasional berasumsi
bahwa para manajer memiliki kemapuan intelektual tidak hanya untuk mengevaluasi
semua pilihan alternatif yang mungkin tapi juga untuk memiliki solusi
terbaiknya. Dalam kenyataanya,
para manajer memiliki hanya sebuah kemampuan terbatas untuk mengolah informasi
yang diperlukan untuk membuat keputusan dan sebagian besar tidak memiliki waktu
bertindak sebagaimana yang diinginkan model rasional. Intelegensi dibutuhkan
untuk membuat sebuah keputusan menurut model rasional akan melampaui kemampuan
mental manajer dan keperluan ketenaga kerjaan sejumlah manajer yang besar.
Model rasional mengabaikan biaya manajerial tingkat tinggi.
2.1.3
Prefensi Dan
Nilai-Nilai.
Model rasional berasumsi
bahwa para manajer berbeda mempunyai prefensi dan nilai yang sama dan bahwa
mereka akan menggunakan aturan-aturan yang sama untuk memutuskan alternatif
terbaiknya. Model tersebut juga berasumsi
bahwa para manajer setuju tentang apa saja tujuan-tujuan organisasi yang paling
penting. Asumsi persetujuan ini tidak realistis.
Untuk
menjumlahkan model rasional dari pembuatan keputusan adalah tidak realistis
karena berdasarkan pada asumsi yang mengabaikan informasi dan masalah-masalah
manajerial yang diasosiasikan dengan pembuatan keputusan. Model Carnegie dan
yang lain, model-model terbaru mengambil masalah ini didalam hal
mempertimbangkan dan menyediakan gambar yang akurat tentang bagaimana pembuatan
keputusan terjadi.
2.2 Model
Carnegie.
Dalam
usaha untuk menggambarkan realitas proses pembuatan keputusan lebih akurat,
para manajer memperkenalkan teori pembuatan keputusan – sebuah rangkaian asumsi
baru yang di sebut model Cornegie. Adapun yang menjadi isi model Cornegie sebagai
berikut :
2.2.1
Pemuasan.
Model
carnegie berpendapat bahwa para manajer terkait pada penelitian informasi
terbatas untuk mengidentifikasikan masalah-masalah dan solusi-solusi merubah.
Bukannya penelitian untuk semua solusi suatu masalah, sebagaimana model
rasional berpendapat, tapi para manajer mengambil jalan untuk pemuasan
yaitu mereka memutuskan pada kriteria tertentu yang akan merasa gunakan untuk
mengevaluasi solusi-solusi yang mungkin akan di terima.
2.2.2
Rasionalitas yang
terikat.
Model
rasional berasumsi bahwa manajer memiliki kapasitas intelektual untuk
mengevaluasi
semua alternatif yang mungkin. Model Carnegie berasumsi bahwa para manajer di
batasi oleh rasionalitas yang terikat
sebuah kapasitas terbatas untuk memproses informasi. Faktor bahwa mereka memiliki kapasitas pengolahan
informasi terbatas tidak berarti para manajer akan mengambil solusi pertama
yang mereka tawarkan. Para manajer dapat mengembangkan pembuatan keputusan
dengan mempertajam keahlian analistis. Para manajer juga dapat menggunakan
teknologi seperti komputer untuk meningkatkan keahlian pembuatan keputusan
mereka. Kemudian rasionalitas yang terikat tidak mengimplikasikan kekurangan
kemampuan atau motivasi. Model Carnegie memperkenalkan bahwa banyak pembuatan
keputusan adalah subyektif dan tergantung pada pengalaman, kenyakinan dan
intuisi manajer-manajer utama.
Gambar
1.2
Perbedaan
antara model rasional dan model Carnegie tentang pembuatan keputusan.
Model
rasionalitas
|
Model
Carnegie
|
·
Informasi yang
tersedia banyak
·
Tidak membutuhkan
biaya dalam pembuatan keputusan
·
Pembuatan keputusan
adalah nilai bebas
·
Jajaran penuh dan
alternatif yang mungkin di hasilkan
·
Solusi di pilih
dengan tujuan
·
Solusi yang di pilih
adalah yang terbaik bagi organisasi
|
·
Informasi yang
tersedia terbatas
·
Di butuhkan biaya
(contoh ; biaya manajerial, biaya informasi)
·
Pembuatan keputusan
di pengaruhi oleh preferensi dan nilai dari pembauatan keputusan
·
Sebuah jajaran
terbatas dari alternatif yang di hasilkan.
·
Solusi yang di pilih
melalui kompromi, tawar menawar dan akomodasi antara koalisi organisasi
·
Solusi yang di pilih
adalah kepuasan organisasi.
|
3.
Prilaku Individu dalam
Pengambilan Keputusan.
Kegelisahan yang paling akut yang paling
sering terjadi pada laki-laki dan perempuan yang kelabakan dalam konflik
pengambilan keputusan sering dilukiskan di dalam gambar hidup, televisi, surat
kabar, dan media massa
lain. Sekalipun demikian, dalam bentuk tulisan yang luas yang dikerjakan oleh
para sarjana yang memiliki pengetahuan luas, dalam proses pengambilan keputusan sering
ditemukan istilah-istilah
yang rumit tentang aspek dan pengarahan perilaku
manusia yang jelas dan nyata, atau berbagai analisis tentang ketidakpastian
tentang implikasi. Salah satu tujuan utama dari subunit ini adalah mengisi suatu kekosongan
ataupun gap dengan menguraikan
bagiamana dan mengapa tekanan psikologis yang dihasilkan oleh pengambilan
keputusan pada saat terjadi
konflik memaksakan pembatasan pada rasionalitas dari suatu keputusan seseorang
dalam hidup pribadinya dan didalam pekerjaannya, dalam berbagai tugas pnting
yang harus dilakukan dalam pekerjaannya sebagai pembuat keputusan di dalam
pemerintah, industri, ataupun
di dalam organisasi dalam jenis yang lain.
Mempertimbangkan tentang sesuatu yang
praktis dan yang teoritis tentang penelitian yang deskriptif tentang, atas
dasar apa orang dapat melakukan dalam pengambilan keputusan dan kita telah di
kejutkan dengan suatu pencarian yang menyakut
tentang kontribusi yang bersangkut?. Kebanyakan pekerjaan
yang dilakukan oleh para ilmuan bersangkutan dengan tingkah laku manusia yang langsung
berhadapan dengan masalah pengambilan keputusan.
Dalam beberapa tahun terakhir ini kita
telah menonton banyak sekali film kartun, dan menangkap sesuatu yang mungkin
menyangkut intisari (esensi)
dari rasa stres yang ada dalam diri manusia yang terkadang semuanya itu
berwujud dan harus dicurigai sebagai salah satu kebenaran penting yang belum di
perhitungkan dalam teori dalam ilmu pengetahuan.
4.
Peran perempuan dalam
pengambilan keputusan.
Istilah
pengambilan keputusan cenderung dikaitkan dengan aktivitas politik yang
pengertian politiknya dibatasi pada politik formal dalam pengertian
tradisional, baik di tingkat lokal, regional, maupun
nasional. Lebih lanjut, pembahasan mengenai perempuan dan politik seringkali
dibatasi dalam lingkup yang lebih sempit sebagai keterlibatan dan keterwakilan
perempuan di parlemen.
Pembahasan
mengenai keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan di berbagai tingkat
tersebut tentu saja merupakan hal yang penting untuk di perjuangkan. Akan
tetapi di perlukan sebuah prakondisi yang memberikan jaminan agar perjuangan di
tataran tersebut tidak bersifat semu atau merupakan sebuah formalitas atau
symbol belaka. Prakondisi tersebut berupa keterampilan dan keterlatihan
perempuan untuk 1)
Memahami dan
mengidentifikasi persoalan-persoalan yang bertalian dengan kepentingannya. 2) Terlibat dalam menentukan langkah-langkah strategis
untuk memperjuangkan kepentingan tersebut.
5.
Strategi pengambilan keputusan.
Kebanyakan
pengamatan atas strategi pengambilan keputusan yang terdiri atas studi kasus,
survei yang menarik , dan cerpen lucu yang yang di laporkan oleh sarjana dalam
bidang ilmu pengetahuan yang administratif dan bidang terkait yang berhadapan
dengan kebijakan organisatoris yang telah di buat. Ilmuan yang administratif mempunyai lebih
banyak kata untuk dapat berbicara di banding dengan psikolog sosial, baik dari
uraian mereka serta dari teori mereka, sekitar ketika dan mengapa yang membuat
keputusan menggunakan satu dari strategi di banding yang lain.? Walaupun mula-mula terminologi yang di
rumuskan dari kebijakan organisatoris yang di buat dengan birokrat atau para
manajer, konsep dari spesialis di perlakukan keorganisatorisian berupa
relevansi asumsi universal psikologis tentang manusia sebagai pembuat keputusan yang tidak sempurna. Maka, kita akan menguji
jawaban mereka mengenai bagaimana “orang yang administratif” secara khas
menyelesaikan tugas dari pengambilan keputusan.
5.1 Kepercayaan dan resiko dari suatu
kepercayaan.
Spesialisasi
dari suatu pengambilan keputusan menguraikan tentang suatu rasa percaya tentang
strategi yang mempunyai tujuan untuk memilih keadaan tentang suatu tindakan
dengan pemberian imbalan yang paling tinggi. Strategi seperti itu memerlukan
penafsiran komparatif dalam menghargai setiap alternatif yang sehat dari hal
yang di harapkan menimbulkan biaya dan manfaat. Tetapi ketika Herbest Simon (1976)
menunjukkan, bahwa manusia jarang mengadopsi
pendekatan pengambilan keputusan seperti ini : orang-orang hanya tidak
mempunyai “kecerdasan untuk memaksimalkan”. Bagian dari masalah adalah
menentukan semua konsekuensi berpotensi yang baik dan kurang baik dari semua macam tindakan yang mungkin akan di perlukan dalam
pembuatan keputusan dalam memproses banyak informasi yang mustahil di mana menuntut akan kemampuan
mental dan sumber daya. Dalam usahanya untuk memperoleh derajat tingkat
pengetahuan memerlukan berbagai alternatif dalam pembuatan keputusan yang
tampaknya akan meliputi “penggenangan informasi di mana dapat terjadi kelemahan sebagai akibat dari kelangkaan informasi”.
Lebih dari itu, sangat banyak variabel yang secara relevan mungkin telah
memperhitungkan bahwa mereka tidak bisa mengingat semua masalah dalam waktu
yang bersamaan. Selain itu, terbatasnya waktu dan terbatasnya segi finansial
yang menjadikan faktor penghambat para manajer untuk mengambil sebuat keputusan
dan di tekan oleh pemegang saham. Misalnya,
pemegang saham organisasi lebih memilih keputusan yang jangka pendek di
bandingkan dengan keputusan jangka panjang, jadi para manajer harus bekerja dan
menganalisa berbagai masalah secepatnya ( prof. Dr. Veithzal rivai, M. B. A,
dan prof. Dr. Deddy mulyadi, M.Si, 2010).
Resiko
dari sub-optimalisasi yang berlimpah-limpah dalam
organisasi yang besar, di mana ada unit yang berbeda dan jenis personel
mempunyai sasaran hasil yang tidak cocok atau bertentangan. Seperti pengelolaan
rumah sakit boleh untuk memutuskan mengadakan tambahan untuk tenaga
administrasi dan para medis yang banyak untuk meringankan beban, para medis
memikul tanggung jawab besar dalam pekerjaan sehari-hari dengan maksud untuk
menyediakan jasa tambahan pelayanan bagi pasien, seperti penulisan surat bagi
mereka yang tidak mampu dan terpisah dari keluarga-keluarga mereka.
Starr (1967) menekankan bahwa tidak ada jalan atau
cara yang serasi untuk mengkombinasikan semua pertimbangan untuk dapat melibatkan suatu proses
pengambilan keputusan, boleh jadi mampu untuk memberi penilaian ataupun beban maksimum yang
jujur dari kegunaan hubungan menghargai dari tiap pertimbangan yang masuk
kepilihannya ( prof. Dr. Veithzal rivai, M. B. A, dan prof. Dr. Deddy mulyadi,
M.Si, 2010).
6.
Peran kepemimpinan
dalam pengambilan keputusan.
Kepemimpinan di artikan sebagai
kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan
satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk
berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif
ia memberikan sumbangan nyata terhadap tujuan organisasi.
Peran kepemimpinan dapat di artikan
sebagai seperangkat perilaku yang di harapkan di lakukan seseorang sesuai
kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Dalam aplikasinya, menurut Covey membagi
peran kepemimpinan menjadi tiga bagian:
1. Patchfinding
(pencarian alur) : peran untuk menentukan visi dan misi yang pasti.
2. Aligning
(penyelaras) : peran untuk memastikan bahwa struktur, sistem dan proses operasional organisasi
memberikan dukungan pada pencapaian visi dan misi.
3. Empowering
(pemberdayaan) : peran untuk menggerakkan semangat dalam diri orang-orang dalam
mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreativitas laten untuk mampu mengerjakan
apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang di sepakati. Sumber ( prof. Dr. Veithzal rivai, M.
B. A, dan prof. Dr. Deddy mulyadi, M.Si, 2010).
Kepemimpinan seseorang sangat besar
perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan
mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang
pemimpin. Dengan demikian, dapat di katakan bahwa, jika pemimpin tidak dapat
membuat keputusan maka dia (seharusnya) tidak dapat menjadi peimpin.
Kepentingan mendasar dari pengambilan keputusan ini di tunjukkan dengan adanya
pembahasan khususnya tentang hal ini dalam berbagai disiplin ilmu. Filsafat,
ekonomi, matematika dan ilmu-ilmu sosial telah memberikan kontribusi bagi
pengertian yang lebih baik bagaimana sebuah keputusan di buat, atau seharusnya
di buat.
Kegiatan dalam pengambilan keputusan
merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:
a. Teori
keputusan adalah merupakan metodologi untuk menstruktur dan menganalisis
situasi yang tidak pasti atau beresiko, di sini keputusan lebih bersifat
perspektif daripada deskriptif.
b. Pengambilan
keputusan adalah proses mental di mana seorang manajer memperoleh dan
mempergunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk
menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; menerjer secara
individual
dan dalam tim, mengatur, dan mengawasi informasi-informasi, terutama informasi
bisnisnya.
c. Pengambilan
keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk
mengatasi masalah.
Dengan demikian, fokus pengambilan
keputusan adalah pada kemampuan menganalisis situasi dengan memperoleh
informasi seakurat mungkin sehingga permasalah dapat di tuntaskan. Dalam
pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat di lihat dari bebrapa aspek yaitu
proses dan gaya pengambilan keputusan.
6.1 Proses
pengambilan keputusan.
6.1.1
Proses pengambilan
keputusan dalam prakteknya dapat di lakukan melalui tahapan-tahapan berikut ini :
6.1.1.1
Dentifikasi masalah.
6.1.1.2 Mendefinisikan
masalah.
6.1.1.3 Menformulasikan
dan mengembangkan alternatif.
6.1.1.5 Evaluasi
keputusan.
6.1.2
Sementara itu,
tahap-tahap dalam proses pengambilan keputusan dapat di kemukakan sebagai
berikut :
6.1.2.1 Tetapkan
masalah.
6.1.2.2 Identifikasi
kriteria keputusan.
6.1.2.3 Alokasikan
pada kriteria.
6.1.2.4 Kembangkan
alternatif
6.1.2.5 Evaluasi
alternative
6.1.2.6 Pilih
alternatif terbaik.
6.2 Gaya
pengambilan keputusan.
Selain proses gaya pengambilan
keputusan, terdapat gaya pengambilan keputusan. Gaya adalah learning habbit (kebiasaan yang di
pelajari). Riset
tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi empat pendekatan gaya
individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan, seperti gambar berikut
ini:
TOLERANSI
AMBIGUITAS
TINGGI
Analitis
|
Konseptual
|
Direktif
|
Beharioral
|
RENDAH
Gambar 1.3. Cara berfikir
6.2.1
Gaya pengambilan
keputusan merupakan kuadran yang di batasi yang dimensi:
6.2.1.1
Cara berfikir, terdiri
dari :
6.2.1.1.1
Logis dan rasional ;
mengelola informasi secara serial.
6.2.1.1.2
Intuitif dan kreatif ;
memahami secara keseluruhan.
6.2.1.2 Toleransi
ambiguitas
6.2.1.2.1
Kebutuhan yang tinggi
untuk menstruktur informasi dengan cara meminimal ambiguitas.
6.2.1.2.2
Kebutuhan yang rendah
untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses banyak pemikiran pada
saat yang sama.
Kombinasi
dari kedua dimensi tersebut menghasilkan gaya pengambilan keputusan :
1)
Direktif
(toleransi ambiguitas rendah dan mencari
rasionalitas) efisien, mengambil keputusan secara tepat dan berorientasi jangka
pendek.
2) Analitik (toleransi
ambiguitas dan mencari rasionalitas).
Pengambilan keputusan
yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru.
3) Konseptual (toleransi
ambiguitas tinggi dan intuitif).
Mencoba menghindari
konflik dan mengupayakan penerimaan.
Berdasarkan definisi, proses dan gaya
pengambilan keputusan, sebagai kontribusi dalam upaya peran kepemimpinan dalam
pengambilan keputusan,berikut adalah langkah yang perlu di tempuh.
1. Cerna
masalah.
Sejalan dengan
kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalah tentang tujuan dengan
metode. Peran pemimpin mengambil inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan
arah dari pada metode dan cara.
2.
Identifikasi
alternatif.
Kemampuan untuk
memperoleh alternatif yang relevan sebanyak-banyaknya.
3. Tentukan
prioritas.
Memilih di antara
alternatif adalah esensi dari pengambilan keputusan.
4. Ambil
langkah.
Upaya pengambilan tidak
berhenti pada tataran pilihan, melainkan berlanjutkan pada langkah implementasi
dan evaluasi guna memberikan umpan balik (feedback).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Dari pembahasan diatas dalam makalah ini
dapat kami simpulkan bahwa
pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sengaja, tidak secara
kebetulan dan tidak boleh sembarangan dalam rangka memecahkan masalah yang
dihadapi suatu organisasi. Dimana pengambilan keputusan ini ditanggung dan
diputuskan oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan dan untuk menghasilkan
keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai
permasalahan, inti masalah, penyelesaian masalah, dan konsekuensi dari
keputusan yang diambil.
Selain itu informasi dalam penyelesaian
masalah pun dibutuhkan perumusan masalah dengan baik. Kemudian dibuatkan
alternatif-alternatif keputusan masalah yang disertai dengan konsekuensi
positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat dikemukakan dan dicari secara
tepat, masalah tersebut akan lebih mudah untuk diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Wisnu
UR. Dicky dan Nurhasanah siti. 2005. Teori
organisasi, struktur dan desain. Umm press.
Rivai,
M.B.A., Prof. Dr. Veithzal dan Mulyadi, M.Si., Prof. Dr. Deddy. 2010. Kepemimpianan dan perilaku organisasi.
Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.
Haswinar Arifin, 2003, Perempuan, Kemiskinan Dan PengambilanKeputusan,
Vol. 8, 55, danwww.jurnal-analisis-sosial.com
Aliqzuhdi, 2007, peranpemodelan
system dalam pengambilan keputusan untuk aplikasi dan energy, alihzuhdi,
250, dan www.jurnal-ilmiah-pengambilan-keputusan_html/01.
Sugan di Yahdin,
Syamsuriadi, Yenni Eka Rinni, 2008, Aplikasi
Pengambilan Keputusan Pada Perencanaan Produksi Berdasarkan Teorema Bayes,25, danwww.jurnal-aplikasi-pengambilan-keputusan.com
www.antaranews.com diakses Rabu, 7 Maret2012
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar